Sabtu, 14 November 2015

PEMBUKA


Duta Peduli Autis di Sekolah X dalam Penerapan Mata Kuliah Character Building bersama Teach For Indonesia dan BINUS University

Kelas : LA66

 Dosen : Dra. Hermawati, M.A

 Waktu : Hari pertama  Rabu 21  Oktober 2015
                Hari kedua Rabu 28 Oktober 2015
                Hari ketiga  Rabu (2 Sesi) 4 November 2015

Pukul : Hari pertama            : 13.00-14.00
              Hari kedua               : 13.00-14.00
              Hari Ketiga (2 sesi) : 13.00-14.00 , 14.00-15.00
           
Lokasi : Al Hasanah Jln Daud No. 15   Sukabumi Utara Kebon Jeruk
               Al Inayah Jln SMU 57 , Kebon Jeruk

 Tim yang Hadir :
 Ketua : Assay Lovelianty farmin 18014084451
Anggota :                                                                                                                             1. Anastasia Sabrina 1801378695
2. Anastasya Sabrina 1801408451
3. Gloria Enjelita Lovely Kanine 1801395101
4. Rulita  Br Simbolon 1801451286
5. Thea Rendyta Putri 1801425981

 Tim yang tidak hadir :  -



Materi yang kami bawakan berisi mengenai pengertian dari Autisme yang sebenarnya. Banyak anak-anak bahkan orang dewasa yang melabelkan anak autisme sebagai seorang yang menderita gangguan jiwa. Bahkan ada beberapa yang mengatakan bahwa ini adalah penyakit yang menular. Padahal definisi dari Autisme sendiri sebenarnya adalah  seseorang yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan. Dan ini tidak berhubungan sama sekali dengan penyakit menular dan gangguan psikis. Inilah yang kelompok kami berusaha untuk disampaikan.
Pola mindset yang salah ditanamkan oleh orang dewasa terhadap anak-anak nya lah yang menjadi penyebab tidak berkurangnya candaan bahkan pembullian untuk anak autism. Sebagai penerus bangsa, kami merasa bahwa generasi muda harus berfikir lebih kritis dan berempati terhadap lingkungan sekitar. Anak autis merupakan bagian dari dunia sosial. Mereka bukan mahluk asing yang berada di luar lingkaran sosialisasi. Seharusnya kita semua bisa berkerjasama dalam menciptakan lingkungan yang nyaman bagi mereka. Karena kelompok kami percaya bahwa tahap penyembuhan dari anak autism bukan sekedar pengobatan medical, tetapi juga dibutuhkannya dukungan dari masyarakat.
Untuk mencapai tujuan ini dalam sosialisasi kami di sekolah SMP Al-Hasanah dan Al-Inayah, kami memberikan penekanan mengenai bagaimana ciri-ciri dari anak-anak yang mengidap autisme. Berikut ciri-ciri mereka adalah :
1.      Menghindari kontak langsung seperti pelukan atau kontak mata.
2.      Tidak menjawab panggilan atau suara lainnya.
3.      Tidak menjawab jika ditanya tentang namanya.
4.      Tidak berbicara atau menggunakan bahasa dengan benar.
5.      Menggelengkan/mengombang-ambingkan bolak-balik, memutar atau membenturkan kepalanya.
6.      Tatapan atau pandangan mata hanya pada sebagian objek, seperti pandangan pada bagian roda dari sebuah mainan mobil.
7.      Tidak memahami gerak isyarat tangan atau bahasa tubuh.
8.      Tidak berpura-pura atau bermain dengan permainan-permainan yang membuat percaya.
9.      Sangat perhatian dengan urutan, rutinitas/kebiasaan sehari-hari atau ritual dan menjadi gelisah, cemas jika rutinitas tersebut berubah atau terganggu.
10.  Mempunyai ekspresi wajah datar atau penggunaan suara yang monoton.
Melukai dirinya sendiri atau tidak takut akan bahaya.
Setelah kami selesai memberikan penjabaran mengenai ciri-ciri dari anak yang mengidap autis, kami pun tak lupa menyampaikan bagaimana seharusnya kita yang merupakan bagian dari masyarakat berperilaku menghadapi anak autis. Hal ini mempunyai hubungan dengan stiker yang kami bagikan. Seperti yang tertulis dalam stiker tersebut adalah “Every Child Deserves Love, Don’t Bully Autism Child”. Kami percaya bahwa dengan diberikannya cinta yang lebih terhadap mereka, mereka akan sembuh secara perlahan-lahan. Jika dunia sosial lebih peduli dan ramah terhadap mereka, pasti tingkat anak autis di Indonesia akan berkurang. Sekian dari isi materi kami.  Kami pun melampirkan foto dari stiker kami sebagai berikut :


Adapula persiapan-persiapan yang kami lakukan sebelumnya melakukan sosialisasi. Dalam hal  peralatan, kami sudah memperkirakan kemungkinan terburuk akan tidak adanya proyektor. Oleh karena itu kami memutuskan untuk setiap anggota kelompok untuk membawa 1 laptop di hari sosialisasi. Jadi kami bisa membagi-bagi kelas menjadi beberapa kelompok untuk menonton video yang kami sajikan khusus membicarakan materi yang kami sampaikan. Untuk transportasi kami sudah menyiapkan mobil sewaan untuk pergi ke sekolah Al-Inayah, disebabkan untuk menuju ke sekolah ini cukup sulit apabila menggunakan kendaraan umum. Namun, khusus untuk sekolah Al-Inayah mereka ternyata menyediakan kami 1 proyektor dan hal ini jelas sangat memudahkan penyampaian materi kami. Kemudian, kalau persiapan dalam hal berkas-berkas, kami sudah menyelesaikan seminggu sebelum dilakukan survey ke sekolah sekolah yang berarti sebelum tanggal 14 oktober. Berkas-berkas tersebut di antaranya adalah 2 proposal, 2 surat dari TFI, percetakan stiker yang dibutuhkan serta form evaluasi untuk kegiatan sosialisasi kami.
Metode pengajaran yang digunakan kami gunakan adalah classroom. Ini disebabkan karena jumlah  siswa-siswi dalam sekelas sangat banyak. Namun kami tak cenderung monoton seperti kegiatan ajar-mengajar. Kegiatan kami lebih terlihat santai dengan 3 sesi games, nonton video kartun terkait anak autis, sesi Tanya jawab dan sesi foto bersama saat terakhir sebagai bagian penutup. Dan hal ini berhasil diimplementasikan. Kami memahami bahwa anak seumuran mereka, apabila terlalu serius malah materi yang disampaikan tak  akan masuk dengan benar. Bahkan kami juga menyediakan sesi menceritakan pengalaman langsung dalam bertemu dengan anak autis.
Mengenai kinerja setiap anggota kelompok kami, kami semua sepakat bahwa dalam proyek ini kami semua harus berkomitmen dan berkerja-sama dengan baik. Sehingga dari persiapan, sosialisasi dan pembuatan laporan pun sudah berjalan lancar. Sudah ada pembagian tugas untuk masing-masing anggota dengan adil. Untuk setiap pertemuan kami semua hadir dan tak ada masalah dengan waktu. Kedisiplinan dan semangat juga semuanya mempunyai hal yang sama.

ISI

Sosialisasi Autisme di SMP Al-Hasanah

Hari pertama

21 Oktober 2015


Sebelumnya pada hari Rabu tanggal, 14 Oktober 2015 kami sekelompok melakukan survei ke SMP Al-Hasanah, sekolah ini berlokasi di Jalan Daud, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Di karenakan letaknya yang tak begitu jauh dari BINUS University, maka ini mempermudah kami yang tidak mempunyai kendaraan. Hari itu, guru nya sangat baik dan bersahabat dalam menyambut kami semua. Proposal telah diserahkan beserta surat ijin dari TFI. Kami pun akhirnya mendapat kesepakatan untuk datang kembali dan menyampaikan sosialisasi pada tanggal 21 Oktober 2015 (rabu depan). berikut ini adalah hasil dokumentasi kami. Jam sosialisasi yang kami gunakan selama 1 jam. Dari  jam 1-2 siang.




Gambar di atas ini di ambil ketika saya (Assay) sedang melakukan perkenalan di depan kelas. awalnya mereka semua





Bagian ini (gambar di atas), kami (Thea, Gloria, Anastasya dan Rulita) sedang mempersiapkan video-video yang akan kami sajikan terhadap siswa-siswi SMP Al-Hasanah.


dan Saya (Assay) dan Anastasia mendapat bagian untuk menjelaskan pengertian autisme, bagaimana ciri-ciri autisme dan penangananya. 





Gambar di atas ini diambil ketika kami sedang memberikan kuis. Jadi, kami menyiapkan 3 video. masing-masing menjelaskan peran yang berbeda-beda. Video pertama menjelaskan mengenai curhatan seorang ayah yang mempunyai anak autis. ini bertujuan agar mereka bisa melihat gambaran anak autis yang sebenarnya dan berempaty terhadap mereka yang mengidap autis terhadap orang yang dikasihi. Video kedua menjelaskan akan ciri-ciri anak autis dan terakhir menekankan akan bagaimana memperlakukan anak autis. Setiap 1 video berhasil diputar, maka kami akan mengadakan kuis dan yang berhasil menjawab akan mendapat hadiah.





Dikarenakan tak adanya proyektor, maka kami mengantisipasi dengan membawa laptop tiap anggota. agar semua anak dalam kelas kebagian menonton video yang kami sajikan


Bisa dilihat adapula laptop yang diletakkan di bagian belakang. Kami menyebarkan tiap anggota di tiap sudut kelas.





Pada akhir pertemuan kami memutuskan untuk mengambil selfie. Respon dari anak-anak ini pun sangat bagus. walau di awal pertemuan mereka agak terlihat mengantuk, malah pada saat sosialisasi berlangsung, Mereka jauh lebih bersemangat. Materi pun telah tersampaikan denga baik. terbukti saat ditanya, hampir semuanya bisa menjawab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar